Setidaknya dalam setahun, saya menginjakkan kaki satu kali di bumi Meru Betiri. Dari situ saya sering mendengar cerita yang beredar dari para penduduk sekitar, tentang Taman Nasional tersebut. Bahkan cerita tentang masih adanya harimau jawa pun saya dapat dari mereka. Entahlah, melihat dari sorot mata saat mereka bercerita saya jadi percaya. Saya bisa menangkap sebuah kejujuran disana. Walaupun tidak saya pungkiri kadang ada juga penduduk yang ceritanya tentang harimau jawa terkesan berlebihan.
Tapi siapa yang akan percaya mereka? Pemerintah serta jajaran dibawahnya tidak mungkin. Masalahnya sederhana, informasi dianggap tidak valid dan datang dari sumber yang tidak komprehensif. Lain lagi jika informasi mengenai keberadaan harimau jawa berasal dari peneliti luar negeri dan dilengkapi dengan kamera bertehnologi tinggi. Padahal menurut saya pribadi, informasi dari penduduk lokal tentang masih adanya jejak aktifitas yang secara teori adalah milik harimau jawa, itu bisa dijadikan langkah awal untuk menggalakkan penelitian kembali tentang keberadaan hewan yang ‘dianggap’ punah tersebut.
Apa jadinya Meru Betiri tanpa harimau jawa? Jelas, embel embel Taman Nasional pastilah sulit untuk di pertahankan dalam waktu yang relatif lama. Setidaknya, tidak butuh 58.000 hektar untuk melindungi beberapa titik yang dianggap penting dan layak untuk dilindungi. Untuk melindungi satwa penyu misalnya, hanya dibutuhkan daerah Sukamade dan sekitarnya saja sebagai wilayah yang dilindungi. Tidak harus seluas saat ini.
Apa akibatnya jika Taman Nasional beralih fungsi? Tentu saja pengurangan daerah resapan air dan paru paru bumi, khususnya di pulau jawa. Poin penting berikutnya adalah, satwa seakan mengalami semacam pembiaran dan pengebirian daerah wilayah jelajah. Dan, tentu saja ini akan membuat bahagia para investor yang sudah bertahun tahun tergiur oleh 80.000 ton emas yang terkandung di perut Meru Betiri.
Para Netter, masih ada sedikit waktu untuk memikirkannya kembali.
Salam Lestari…!!!
meru betiri tanpa harimau jawa???
BalasHapusharimaujawa dianggap punah, berarti meru betiri lambat laun juga akn punah...
mari kita berusaha agar keduanya tidak punah..
@Hanna : setidaknya kita menjaga ekosistem yang ada agar hewan lain tidak mengalami penderitaan yang sama.Thx ya mbak hanna..
BalasHapusOK, Q setuju dengan pemikiran sampean. Memang setidaknya kepedulian kita akan keberadaan harimau jawa harus ditingkatkan walau hanya sekedar tulisan. Namun setidaknya mengingatkan kembali kita akan bahaya dan ancaman kepunahan dari perilaku dan keapatisan kita, pemerintah dan semua yang membuat harimau terancam dan terpojok.
BalasHapuskirim artikel di DIGG, or wwf mas, atao semua yang berhubungan dengan pecinta alam. Keren Mas
waduh...eman yo, mugo2 harimau jawa gak punah...
BalasHapusjika "salah satu" punah karena ulah para anak manusia itu sendiri, ironis bget, kita(anak manusia) yang menghancurkan ekosistem alam maupun rantai kehidupan...
jangan sampai terjadi...
@ Bangjlimz : Terimakasih supportnya ya BangJlimz, oke ntar saya coba kirim ke digg..tengkyu n Salam Lestari...!!!
BalasHapus@ Okik keset : Iya,masih ada harapan untuk menengok kembali, apa sebenarnya yang terjadi dengan harimau jawa..tengkyu brade Okik..
kita tidak bisa melihat, mendengar jejak maupun dentuman "si jawa" ini lewat buku, internet ataupun seorang ahli dari luar negri sekalipun yang berkata belaka...kita harus merasakan jejak "si jawa" ini di meru betiri...ojok sampe punah wahai "jawa"ku...
BalasHapus@ Si rambut keset : Benar sekali,,saya sependapat dengan anda..Tapi kita juga jangan berhenti melakukan investigasi perpustakaan dll,,karena semua berhubungan..Mari kita ejawantahkan rasa kepedulian kita dengan apapun yang kita bisa..
BalasHapusoyi om bro...
BalasHapusaku dwe yo gak bgitu pham, gak pxa pgetahuan blas tntang harimau jawa itu atau lingkungan...
essip,,pokoknya sip,,salam Lestari...!!!
BalasHapussalam lestari...
BalasHapus@ Anonim : Salam...!!!
BalasHapus