Minggu

Semoga Tidak Ada Tambang Emas Di Meru Betiri

Beberapa hari ini saya tidak menulis di tamasyakata. Bukannya apa, akhir akhir ini saya mempunyai kegemaran baru. Dan ini benar benar menyedot waktu dan perhatian saya. Tentu saja juga sempat sedikit mengurangi kadar perhatian saya pada blog tercinta ini.

Apakah kegemaran baru itu? Tidak lain adalah tentang Meru Betiri dan sekitarnya. Sebuah Taman Nasional yang sebagian wilayahnya ada di wilayah Jember dan sebagian lagi masuk wilayah Banyuwangi. Total luasnya kurang lebih 58 ribu hektar.

Kegemaran saya menyimak berita berita seputar rencana pertambangan di lokasi TN, mengantarkan saya pada kenyataan bahwa saya harus lebih banyak belajar dan mencari data sebanyak banyaknya. Tapi ya kok keinginan saya itu berbanding lurus dengan keinginan untuk ngopi, nongkrong, dll. Jadinya saya malah kurang greget dalam berbuat sesuatu.

Nah dari serangkaian cerita yang kadang tidak nyambung itulah, mengantarkan saya pada sebuah gagasan. Kenapa tidak membuat lagu tentang meru betiri?Kesimpulannya adalah beberapa waktu kemarin lagu tersebut sudah rampung plus proses recordingnya. Aransemen musiknya masih dipercayakan pada brade Mungki di GARASI record.

Tapi konten saya kali ini tidak hendak megupas habis lagu baru yang berjudul MERU BETIRIKU tersebut. Melainkan ingin melemparkan sebuah tanya pada para netter semua, apakah segenggam logam emas bisa menyimpan air jernih? Setahu saya, tambang emas hanya berdiri diatas keserakahan manusia saja, tanpa memperdulikan sungai, hewan dan pepohonan.

Itu saja para netter posting saya kali ini. Bagi yang memiliki data akurat tentang issue lama ini, sudilah kiranya berbagi dengan saya, terimakasih.

Salam Lestari..!


0 komentar:

Posting Komentar