Sabtu

Tamasya Bukan Band

Bicara tentang tamasya kadang memang sedikit membingungkan. Kami saja kebingungan menyebutnya apa. Entahlah, bagi kami embel embel band di belakang nama tamasya terasa sedikit mengganjal. Benarkah tamasya adalah sebuah band?

Band, satu kata yang dulu pernah kami impikan. Ya benar. Mempunyai band dan bebas merdeka jingkrak jingkrak di dalam studio musik. Dalam imajinasi kami, alangkah indahnya bisa menyewa studio barang satu jam lalu bernyanyi di dalamnya, seperti saat kami ada di dalam kamar mandi. Hmmm.. benar benar indah.

Terbayang juga oleh kami, betapa nikmatnya bermalas malasan di dalam studio sesaat setelah kami turun gunung, susur sungai, hiking, biking, dan beberapa kegiatan lainnya lagi yang kami suka. Begitulah, betapa sederhananya kami (beberapa pemuda pencinta alam) dalam mendefinisikan kata BAND.

Orang orang yang mengenal kami dengan baik, yang mengerti keseharian kami, dan yang memahami kenakalan kenakalan kecil yang pernah kami lewati, pasti akan mengangguk setuju manakala kami menyodorkan konsep di atas. Bahwa band hanyalah salah satu cara terbaik untuk bersenang senang. Ya ya ya, kami suka bersenang senang. Dengan kata lain, tamasya adalah kumpulan orang orang pekerja keras yang senang bermalas malasan (tapi itu dulu, sungguh). Bisa dikatakan, kita juga pencari sepi dan penghindar kesepian.

Haripun berlalu.. 23 September 2007 telah kami lewati..


Sekarang kami sudah punya band (sebut saja begitu) dan telah melewati lebih dari 200 kali jingkrak jingkrak di dalam studio.

Sama seperti band band lain yang ada dan bertebaran di kota kecil Jember, apa yang mereka lakukan, kami pun beradaptasi dan coba melakukannya. Saat mereka memperbincangkan tentang management band, kami kelimpungan toleh sana sini. Alhasil, tidak menunggu waktu lama tamasya juga punya orang orang yang dengan Ikhlas sudi kami panggil manager. Ah, betapa anehnya kami.

Tentang mode di atas pentas (Wa oNe lebih senang menyebutnya perform), tidak ada dari kami yang benar benar memikirkannya. Jangankan cara berpakaian, aliran musik tamasya pun kami tidak tahu (kata Lek Mungki, aliran musik tamasya adalah Balada Progressif).

Kami lupa bagaimana awalnya, tiba tiba kami sudah terbiasa dengan bandana, sepatu lapang, sandal gunung, segala jenis jaket babebo dan kadang kadang juga mengenakan flanel. Mereka bilang, ini adalah ciri khas tamasya. Padahal jelas jelas kami hanya mengadopsi keseharian kami di dunia pencinta alam, dan kami enjoy mengenakannya.

Tidak seperti yang diprediksi sebelumnya (oleh beberapa pihak) bahwa kami hanya sekedar band yang muncul untuk segera tenggelam, ternyata kami masih asyik dengan ketamasyaan ini (hingga sekarang dan entah kapan tenggelamnya).

Perkembangan tamasya tidak hanya dari lirik dan nada saja, tapi pada kuantitas orang orangnya. Doa dan cinta datang dari berbagai sisi. Tidak banyak, tapi bagi kami itu sudah sangat banyak.

Tak selamanya jalan yang kami lewati baik baik saja. Terkadang terjal, curam, sesekali tebing menjulang. 

Jika sudah begini, bukan hanya materi survival yang harus kami praktekkan. Kami butuh orang orang gunung hutan yang paham tentang solusi melewati medan berat. Ya kami harus melewatinya. Melewati rasa malas yang panjang (bagaimanapun malas juga utusan Tuhan), melewati olok olokan (Santai saja, tamasya terbiasa dengan ini. Kami hanya berharap, suatu hari mereka bisa memandang tamasya dari sisi yang benar), melewati menipisnya uang kolektif, melewati bagian hidup yang harus dilakukan sendiri oleh masing masing dari kami, dan masih banyak lagi.

Mari kita lanjutkan meski kita lelah..

Mungkin itu adalah penggalan lirik yang sederhana bagi orang yang tak mengenal tamasya. Tapi bagi kami, betapa dahsyatnya efek psikologis yang merayap di hati.

Jika lari adalah bukan sebuah pilihan, maka satu satunya cara untuk kembali melanjutkan hidup adalah dengan tetap bertahan.

Hmmm.. sampai dimana tadi..

Ohya, tentang tamasya dari hari ke hari. Suatu hari kami dibingungkan oleh satu hal. Kawan kawan di luar personel ingin menamai dirinya sendiri (saat itu kata yang paling populer adalah pelancong). Kami bingung. Seperti yang sudah sudah saat kami kebingungan, yang bisa kami lakukan hanya satu. Apalagi kalau bukan tolah toleh lolak lolok untuk kemudian kembali nyruput kopi (ingat ya, nyruput kopi, bukan yang lain).

Kawan kawan mungkin ingin seperti Padi dengan Sobat Padi-nya. Atau ingin seperti Slanker's. Ya, mereka ingin yang serupa itu. Tentu saja kami keberatan. Kami bergerak di bidang indie dan tamasya tidak butuh nama nama (seandainya tidak dibutuhkan untuk ruang eksistensi karya, mungkin kami juga tidak butuh menyematkan nama apapun jika hanya untuk jingkrak jingkrak di dalam studio).

Bagaimana menjelaskan pada mereka jika nama nama fans hanya akan mengganggu acara jingkrak jingkrak kami di dalam studio? Tapi kami kembali berpikir. Kepada mereka, kami telah meminta banyak. Cinta, doa, dan kadang kadang uang (sedari dulu kami terbiasa menjual sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Misalnya kaos sablonan bertuliskan tamasya, lalu kami meminta sedikit laba pada mereka untuk bahan bakar proses berkarya). Kini mereka hanya meminta satu hal. Hanya sebuah nama. Apakah tamasya begitu pelit hingga tidak meluluskan permintaan mereka? Toh tamasya juga bukan band yang selurus itu.

Pada akhirnya disepakatilah sebuah nama yang cantik. Nama yang menjembatani antara keinginan beberapa kawan dan keinginan kami. KELUARGA TAMASYA. Ya ya ya.. nama yang biutiful.

Tamasya adalah sebuah keluarga, bukan band. Jika dalam band kamu akan mendapati pemilahan nama nama seperti personel, manager, penonton, crew, sound engineer, dan entah apa lagi namanya, di tamasya kau tidak akan mendapati itu. Semua sama, semua setara. yang membedakan masing masing dari kami hanyalah perannya saja.

Peran kami berbeda beda tapi kami tetap ada di satu keluarga. Andi Lethoy kadang berperan sebagai pemegang gitar, kadang juga bernyanyi di sebuah lagu berjudul Bertahanlah Sayang. Lek Mungki meski memiliki peran yang banyak, dia tak seserius yang terbayangkan. Santai, enjoy dan sesekali tegas. Noveri, berperan sebagai drummer dan penyejuk suasana, Iif, Bro Hakim, , Bayu Tanggul, Sapi, Fura, Mas BB, Prit, Cak Nanank, Wa oNe, Feri K2, Manda, Ndlahom, Adit, , Kartolo, Bogang & Budeng, Isnaini, Alm. ModiQ, Ananda, Qie, Eli, Elis, Tita, Revo, Omplong Surabaya, WaQuex, Wawan Pispot, Firman Dissolved, anak anak Infini Team, Scooter mania, Tape Ketan, K2 reggae, NERO dan masih banyak lagi. Kami punya banyak nama nama, tapi kami hanya punya sebuah keluarga. KELUARGA TAMASYA.

Tapi yaaah.. pada akhirnya kami tetap membutuhkan nama. Setidaknya untuk menjawab pertanyaan kawan kawan yang lain (biasanya dari MC atau kawan kawan penyiar radio). Siapa saja personel tamasya? Siapa drummernya? siapa yang menciptakan lagu? Siapa dibalik tamasya management? Dan pertanyaan pertanyaan itu tak cukup dijawab hanya dengan senyuman. Mereka butuh jawaban dengan nama nama. Dan sebagai pencinta alam (juga bikers) yang jantan, kami menjawab semua itu sebaik baiknya. Dengan kata lain, kami menjawab keinginan dunia. Sengotot apapun kami menyampaikan pesan dibalik kata KELUARGA, tetap saja dunia luar butuh nama nama.

Kawan, apakah kalian sedikit kebingungan membaca artikel ini? Maaf ya.

Baiklah kami mengangguk. Iya benar, tamasya memang sebentuk band. Tapi tamasya bukan band yang seperti itu. Kami tidak sedang mencari uang dari band. Sebaliknya, kami mencari uang untuk daya survive tamasya.

Tamasya adalah sebuah keluarga, dan definisi keluarga jauh lebih luas dari sekedar band. Cita cita dan cinta kami masih sama, masih melangkah ke arah kelestarian alam. Kadang terseok, kadang kami terlalu kencang, bahkan sesekali kami pernah sempat hampir lupa tujuan. Tapi kami tidak pernah melupakan satu hal, bahwa bumi sedang tidak baik baik saja, dan setiap pencinta alam bersaudara.

Wew, lama tidak menulis di blog kesayangan, kami jadi bicara ngalor ngidul. Jemari ini seakan tak ingin berhenti untuk terus menulis dan menulis (beginilah enaknya keluarga, bisa berkarya di berbagai bidang, termasuk menyuarakan sesuatu dalam rangkaian huruf).

Hai hai hai.. bagaimana caranya membuat kalimat penutup untuk artikel ini?

SALAM LESTARI

12 komentar:

  1. [im]http://i146.photobucket.com/albums/r262/rindhang/thPeaceVigil.gif[/im]

    [co="blue"]SALAM MERDEKA..![/co]

    BalasHapus
  2. mendifinisikan kata keluarga dalam sebuah band ...
    bagus bang ..
    siiiippp, bagus ,,
    jempolll dah ^^b

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya apresiasinya..

      [ma]SALAM LESTARI[/ma]

      Hapus
  3. KETAWA KETIWI MBACA TULISAN DI ATAS...HIHIHI...ASIK.

    BalasHapus
  4. [im]http://i218.photobucket.com/albums/cc14/tamasya/thbeck52.gif[/im]

    Ayo nyanyi diseeek..

    BalasHapus
  5. tetep aku tolah toleh ketap ketip.. hehehehe

    BalasHapus
  6. moco iki karo nyruput kopi jan uenak

    Salam Lestari
    Untuk Keluarga Tamasya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maturnuwun.. salam lestari..!

      Hapus
    2. bro ... lek iso aku duduono chord lagu seng lagu untukmu please sent to ria.listiana1@gmail.com ...
      salam lestari .. !

      Hapus
    3. nek blog'e sampean grong enek mas bro ... :((

      Hapus
  7. Chord nya yg lagu untuk mu dunk kwn

    BalasHapus