Nggak nyangka, tulisan saya dikomentari secepat itu sama mbak.
Saya menikmati setiap kata yang sampean tuliskan. Sampai beberapa kali saya membacanya. Bukan hanya berhasil memjawab rasa penasaran, tulisan mbak membuat saya salut terhadap para perintis Swapenka, baik itu yang tercatat di dalam buku induk organisasi maupun yang support dari luar.
Padahal bapak A. Lilik Slamet Raharsono itu dosen pembimbing skripsi saya mbak. Sayangnya saya dulu masih nggak ngerti kalo Pak Lilik ternyata seperti yang sampean dan mbak Ayung ceritakan.
Mbak hebat, bisa membawa suasana Argapala di fakultas sastra yang masih ‘sepi’. Kalau saya beda mbak, sebelum pro aktif di Swapenka, saya nggak pernah ikutan yang namanya organisasi. Ya pernah juga sih, dulu pas masih SD saya ikut Pramuka dari siaga sampai penggalang, hehe.. Tahu kepanjangan AD/ART saja ya di Swapenka. Parah pokoknya mbak.
Sedikit demi sedikit, saya jadi paham tentang bagaimana harusnya kita dalam berorganisasi. Apalagi di Swapenka suasana untuk belajar begitu nyaman. Bukan hanya belajar yang seperti itu maksud saya mbak. Tapi belajar secara langsung dan alamiah. Semakin hari saya semakin ngerti bahwa Swapenka tidak butuh orang orang yang berkemampuan tapi tidak berkemauan blas. Tapi sebaliknya. Saya sendiri sudah membuktikan soale mbak. Berangkat dari tidak mempunyai kemampuan apa apa yang bisa dibanggakan, sedikit demi sedikit saya jadi mengerti beberapa hal. Begitu seterusnya. Ini semua karena saya ada di lingkungan yang tepat mbak. Lingkungan tempat jatuhnya bintang kasih sayang. Lingkungan yang hanya butuh kemauan seseorang untuk mengenalnya.
Pelajaran pertama di Swapenka, bahwa orang yang punya kemauan pasti akan memiliki kemampuan, seperti yang dicitakan.
Bener kata mbak, intinya ya mencintai alam. Sesederhana itu saja. Tidak berlebihan kiranya jika tempat bernaung ini dinamai dengan embel embel Pencinta Kelestarian Alam. Memang menyandang nama ini tidak semudah itu ya mbak. Ada beban moral yang setiap saat menjadi media pengingat kita manakala melangkah di jalur yang bertentangan dengan dunia PA. Berat, tapi bukan berarti kita tidak bisa menyandangnya kan mbak…
Udah dulu ya mbak. Habis baca tulisane sampean, jadi kepengen nyambangi Swapenka. Biasalah mbak, cari keringat, berkebun karo arek arek, hehe.. Ohya mbak, saya ada lirik lagu..sepertinya cocok buat orang orang para perintis Swapenka. Judulnya Lestari. Tengkyu ya mbak, Salam Lestari buat mbak dan orang orang di sekitar mbak.
Lestari
Aku ingin kita saling mengingat
Aku ingin kita ada kenangan manis
Aku ingin nantinya kita saling merindukan
Aku ingin yang kita semua saling menginginkan
Persahabatan
Di bawah atap yang sama
Melangkah dengan
Langkah indah
Ku ingin ada yang bernyanyi
Bila baladaku malu bernyanyi
Ku ingin ada yang menari
Bersama gemulai indah lestari
Lestari
Siapakah kau sebenarnya
Lestari..
Ataukah hanya sebuah kata
Lestari..
Jika benar kau sarat makna
Lestari
Nggak mungkin hanya di salam saja..
0 komentar:
Posting Komentar