Dalam satu minggu terakhir ini, telinga saya seakan akan dijewer oleh Tuhan YME. Berawal dari jadwal manggung tamasya di acara DIES NATALIS HIMAPALA BEKISAR tanggal 8 November 2009. Saat itu brade Noveri, drummer tamasya, tidak bisa hadir lantaran waktunya bertabrakan dengan jadwal dia kerja. Akhirnya, kita sepakat meminta bantuan keluarga tamasya yang lain untuk mengisi posisi drum. Kebetulan brade Atenk bisa dan menyanggupi. Jadilah tamasya mengadakan latihan beberapa kali di NERO studio sebagai persiapan.
Di hari H, saat tamasya sudah mulai perform, eh ndilalah salah satu stick drum milik brade Atenk patah. Dan kabar buruknya, brade Atenk nggak ada stick cadangan. Padahal itu baru masuk di dua lagu pertama. So, waktu masih panjang. Apesnya, ternyata masih ada kabar yang lebih tragis lagi, panitia tidak ada stok stick cadangan. Jadilah tamasya maen di lagu kedua hingga usai, dengan stick yang salah satunya patah.
Dua hari berikutnya, tamasya harus maen di preSondrenaline. Yang terpilih akan berangkat ke pulau Bali sebagai pengisi acara Soundrenaline, 15 November 2009. Tapi bukan itu yang keluarga tamasya fokuskan. Masalahnya adalah tamasya belum ada persiapan untuk acara tersebut. Kita hanya sekali saja latihan. Padahal dari dua lagu yang sedianya ditampilkan, salah satunya adalah lagu milik orang lain. Alhasil, perform tamasya kurang sempurna. Apalagi kita nervous lantaran dari tiga juri yang ada, dua diantaranya adalah juga keluarga tamasya. Meraka adalah brade Mungki dan brade Adit. Bisa ditebak, tamasya tidak jadi melancong ke pulau dewata.
Tuhan punya maksud lain. Selalu seperti itu. Anugerah Nya tidak datang dengan tiba tiba, melainkan melalui proses. Begitu juga yang bisa saya petik dari cerita di atas. Saat tamasya tampil di Dies Natalis Keluarga BEKISAR, ternyata rasa persahabatan bisa menutupi stik yang patah. Disaat brade Atenk memeras otak dan tenaga demi menghasilkan suara yang optimal dengan stik yang minimal, semua yang hadir menikmati kebersamaan sambil ikut bernyanyi. Seakan tidak terjadi apa apa.
Begitu juga dengan skenario Tuhan berikutnya. Sepertinya tamasya sengaja tidak diberangkatkan ke Bali. Kenapa saya mempunyai kesimpulan seperti ini? Itu semua tidak lain karena selang sehari paska preSoundrenain, saya dapat telepon dari Surabaya. Alhamdulillah saya memenangkan lomba Lyric Competition, meskipun hanya masuk kategori favorit. Dan dihari yang sama dengan digelarnya Soundrenalin di Bali, saya harus berangkat ke Surabaya untuk menerima hadiah sekaligus menghadiri workshop penulisan lirik lagu bersama Piyu, Denny Chasmala dan Maia.
Para netter, bila anda hari ini merasa seolah olah tak bergairah entah karena apa, yakinlah bahwa Tuhan punya maksud lain.
Salam Lestari…!!!
0 komentar:
Posting Komentar