Saat kecil dulu saya memang pernah punya sedikit impian. Bukan ingin menjadi pilot, dokter, tentara, apalagi ingin menjadi presiden. Saat itu saya hanya ingin menjadi seperti seorang Gombloh. Bernyanyi dan terus bernyanyi. Makanya pada saat saya masih SD dulu, seneng banget jika disuruh untuk bernyanyi di depan kelas. Tapi semakin saya tumbuh besar, keinginan itu semakin menguap dan akhirnya lenyap begitu saja. Seperti hanya menjadi sebuah impian impian kosong masa kanak kanak.
Saya baru mengenal gitar bahkan saat sudah ada di bangku SMA kelas tiga. Itupun sudah mendekati masa masa EBTANAS. Seorang teman yang mengenalkan itu pada saya. Namanya Sigit, satu tahun lebih tua dari saya. Sekarang dia menjadi seorang jurnalis di Kiss FM, salah satu radio swasta di kota kecil Jember. Dengan sabar, Sigit mengajari saya tujuh grip dasar dalam bermain gitar. Anehnya, saat itu saya tidak terlalu tertarik untuk menjadi seorang gitaris. Pikiran dipenuhi dengan sebuah pertanyaan, bagaimana caranya untuk bisa menciptakan lagu.
Dan lagu pertama pun jadilah. Tanpa judul. Sekarang saja saya sudah tidak begitu ingat nadanya. Yang menjadi sangat berkesan dari lagu itu adalah, saya menciptakannya pada saat saya baru mengenal tiga grip saja. A, D dan G, itu grip dasar yang saya bisa. Untuk bisa memegang grip B dan F saya butuh waktu dua tahun. Selain saya terlambat belajar bermain gitar, saya juga lemot untuk mempelajarinya. Otak saya terlau banyak dipenuhi keinginan untuk menciptakan lagu. Dan itu terjadi sampai sekarang.
Meskipun keinginan saya begitu kuat untuk menciptakan lagu, bukan berarti dalam sehari saya bisa menciptakan lagu lebih dari satu. Sungguh jauh dari skill yang seperti itu. Selain moodi, saya butuh moment tertentu untuk melahirkan sebuah lagu. Sepanjang tahun dua ribu lima saja saya hanya bisa menciptakan dua lagu. Semuanya tentang Catherine, sepeda BMX kesayangan saya. Itulah kenapa saya heran ada orang yang seproduktif Melly Guslow.
Sampai pada tahun 2005 saya sudah memiliki sekitar dua puluh lagu, kesemuanya masih dalam bentuk mentah tidak ada yang direcord. Recording pertama adalah lagu saya yang berjudul Catherine. Ceritanya panjang, tapi dalam konten kali ini saya ingin menceritakan tentang kenapa akhirnya saya bisa recording. Jawabannya adalah karena saya bertemu dengan orang yang tepat.
Namanya Mungki Krisdianto tapi saya biasa memanggilnya brade Mungki. Sudah lama saya mengenalnya. Anehnya saya baru tahu kalau dia punya home recording baru pada bulan September 2005. Setelah record lagu pertama yang berjudul Catherine (dan gratis), tidak berselang lama saya record dua lagu berikutnya. Saya kasih brade Mungki seratus ribu untuk dua lagu. Sebuah ongkos yang tidak sebanding dengan kebahagiaan yang saya dapatkan. Apalagi aransemen keseluruhan dia yang menciptakan. Mau bagaimana lagi? Saya ingin memberinya harga yang seharusnya, tapi saya belum punya uang dan keinginan untuk berkarya sebegitu sangat hebatnya. Yang saya punya hanya teman, brade Mungki.
Hanya mempunyai tiga lagu saja tapi brade Mungki sudah mengirimkannya ke dua radio swasta di Jember yang support acara acara indie, Kiss FM dan SOKA radio. Tak disangka, lagu saya disambut dengan hangat oleh teman teman indie dan beberapa warga Jember yang support acara itu. Ketiga lagu itu juga menyebar dari satu sekretariat pencinta alam ke sekretariat yang lain. Istilah kerennya, lagu lagu saya dulu berkembang secara viral marketing. Itu yang membuat saya bersemangat untuk record record dan record. Tentu saja masih dengan harga yang tidak wajar.
Dua tahun berikutnya, tepatnya 23 September 2007 saat ultah Catherine yang kedua, muncul sebuah obrolan ringan bersama beberapa kawan pencinta alam. Obrolan itu terjadi di depan sekretariat OPA SWAPENKA Sastra Unej. Tepatnya bukan obrolan ringan, tapi merangkum obrolan2 ringan sebelumnya, yaitu ide konyol untuk membentuk sebuah band. Band itu nantinya akan mengusung lagu2 indie dan dimanfaatkan untuk refreshing di dalam studio latihan.
Dan lahirlah sebuah band dengan nama Tamasya pada 23 September 2007. Esoknya latihan perdana. Siapa sangka kalau tepat seminggu setelah latihan perdana, tamasya tampil untuk pertama kalinya di depan publik di acara ngabuburitnya kawan2 kesenian ekonomi, UKM Kurusetra. 1 Oktober 2007 adalah hari bersejarah buat tamasya band. Kekagetan yang kedua adalah, esoknya tamasya dapat tawaran maen lagi. Kali ini acaranya kawan2 kesenian FISIP, Wismagita. Brade Adit yang menawari. Kebetulan dia pengelola acaranya dari pihak sponsor. Ah, tiba tiba saya menjadi vokalis.
Penulis bisa dijumpai di blog personal, ACACICU.COM
Salam Lestari…!!!
0 komentar:
Posting Komentar